Senin, 30 April 2012

Kisah Relawan KSR PMI, Cinta Lokasi dan Melawan Ego Pribadi


Ikut organisasi kemanusiaan seperti KSR PMI ( Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia ) adalah suatu kebanggaan penuh keikhlasan tersendiri yang bukan menjadi minat prioritas kebanyakan mahasiswa di kampus – kampus saat itu.
Sekian ratus mahasiswa baru kampus saya saat itu, yang tertarik memilih ikut KSR PMI, hanya hitungan jari saja, kebanyakan tertarik dengan Pecinta Alam atau penelitian ini dan itu, yang terlihat jelas kegunaannya, menurut para mahasiswa.
Angkatan kami di tempa secara teori selama kurang lebih seminggu di kampus, oleh para senior dan staff Palang Merah Indonesia, markas daerah Jakarta.dilanjutkan praktek simulasi lapangan di gunung Pancar, Jawa barat. Membuat tandu dengan cepat membawa simulasi korban bencana, di atas gunung dan sungai, kami lakukan, terperosok ke sawah – sawah, menambah keceriaan para peserta diklat KSR PMI, membangun tenda pleton dan rapling melintasi jurang, menjadi tantangan kebersamaan.
13312507481564882101
kenang - kenangan
Lelah dan kegembiraan pada hari terakhir, terobati dengan dilantiknya kami oleh para pengurus PMI dan Purek 3 kampus, menjadi anggota baru Korps Suka Rela Palang Merah Indonesia, dan dinamai angkatan Pelor ( Tempe dan Telor ), karena selama beberapa hari , lauk menu yang kami masak di gunung Pancar, hanya berputar – putar Tempe dan Telor.
Selanjutnya kami sering di tugaskan untuk membantu bersama PMR dan para dokter, di stasiun – stasiun saat bulan puasa dan lebaran, memberikan pertolongan pertama bagi para pemudik, Saat Pemilu pun kami ditempatkan di TPS – TPS, memberikan bantuan kesehatan, bersama KSR dari berbagai kampus di Jakarta.
Tahun 1997 sampai 1998, mental kemanusiaan kami di uji, sebagai mahasiswa dan sebagai relawan PMI, demo – demo yang mengakibatkan keos antara mahasiswa dan aparat, selalu terjadi. PMI Markas daerah Jakarta, memanggil – manggil para insan KSR untuk turut berpartisipasi menolong para korban demo, yang sebagian adalah aparat keamanan. Satu sisi para mahasiswa sangat membenci aparat yang mendukung rezim Presiden Soeharto saat itu, tapi hati nurani berbicara lain, KSR PMI adalah petugas kemanusiaan.yang tidak memihak.
Menjadi catatan, Ketua PMI saat itu adalah Ibu Uga Wiranto, beliau adalah isteri dari mantan Panglima TNI, Jenderal Wiranto, yang nota bene saat itu sangat keras memperlakukan demo – demo para mahasiswa
Saat Peristiwa Semanggi terjadi, setelah ikut demonstrasi di DPR/ MPR, para senior di KSR PMI, meminta kami segera ikut menjadi relawan, berada di tengah desinganpeluru dan batu, keos parah terjadi antara aparat dan mahasiswa, padahal sebelumnya, kami berada di posisi mahasiswa, sekarang kami harus siap menolong aparat yang terkena lemparan batu dan lainnya, begitu memakai atribut PMI, kami menjadi berbeda, itulah relawan kemanusiaan.
Pengalaman paling pahit adalah saat kerusuhan, banyak ratusan korban terbakar yang tidak berbentuk lagi, harus kami angkut memakai tandu masuk kedalam mobil ambulan dan kami ikut didalamnya, terkadang saat kelelahan, tandu yang kami gunakan mengangkut korban, menjadi alas kami untuk merebahkan diri sejenak.
Saat bertugas tidak jarang di antara kami terjadi cinta lokasi antara mahasiswa, atau pun dengan para staff PMI, warna – warni kehidupan relawan yang sah – sah saja, tetapi sampai sekarang belum pernah terdengar ada yang berlanjut ke pelaminan, karena kebanyakan hanya karena sering bekerja sama, terjadilah rasa suka, setelah tugas selesai, warna – warni tersebut hanya tinggal kenangan indah saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar